Suatu hari, mama pulang bersama seorang lelaki parlente. Tak bisa kupungkiri, kedatangannya membuatku agak sedikit tidak nyaman. Lelaki inilah yang selama ini dekat dengan mama.
Lelaki itu menjabat tanganku dengan hangat sambil tersenyum.
”Hermawan.” katanya ”Ini pasti Shayen.”
Aku mengangguk kaku.
”Sayang, ayo ajak om Her makan.” kata Mama sambil memeluk pundakku.
Jadilah malam itu kami makan malam bertiga. Kami duduk di meja makan yang taplaknya sudah diganti oleh mama tadi pagi. Untuk Om Her yang datang kerumah kami dengan BMW-nya, makan malam ini pasti biasa-biasa saja. Tapi untukku dan mama, ini makan malam yang luar biasa. Mama mempersiapkannya dengan sebaik mungkin dan semewah mungkin (catatan: mewah menurut aku dan mama).
Belum habis makanan di piring kami masing-masing, aku sudah mulai merasa kebekuan yang melingkupiku atas kehadiran orang baru ini, akhirnya mencair . Aku yang tadinya diam saja, lama-lama jadi tidak ragu lagi untuk ikut bicara, bahkan bercanda. Om Her begitu baik dan menyenangkan. Aku tidak ragu lagi mengatakan, aku suka pada lelaki ini
Kira-kira jam 9 malam, Om Her pulang. Usapan jemari-nya di rambutku, ketika ia berpamitan, begitu menyejukkan. Seperti menemukan sesuatu yang hilang, betapa bahagianya aku malam itu.
Sebelum tidur aku berdo’a pada Allah, semoga suatu ketika aku bisa memanggilnya ’Papa’. Ya Allah... Ijinkanlah aku untuk memiliki seorang Papa. Dan aku yakin, Om Her lelaki yang tepat untuk Mama.
Benarkah Om Her lelaki yang tepat untuk Mama? Tambah males deh nyeritainnya... Kapan-kapan aja deh, aku ceritain lagi. Maleeessss... hhhhh
Saturday, December 23, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
PENASARAN!!!!!!!!!!!!!!!
cepet tulisin lanjutannya
gw gak mo jerawatan gara2 baca blog lo yg nanggung... :p
-DiTa-
Sabar atuh....
Lagi dalam proses nih. Ide ceritanya udah ada. Jangan jerawatan dulu ya...hehe
Post a Comment