Thursday, June 01, 2006

Gempa Jogja... untuk seorang Lisa

Selama berada di jogja, aku sdh berkali2 merasakan gempa. Namun gempa yg terjadi hari sabtu tgl 27 mei 06 itu, begitu dahsyat. Semua berteriak histeris dan berlari keluar. Gempa terjadi hampir 1 menit.
Ketika gempa berhenti, baru beberapa menit kemudian aku berani masuk rumah. Di dalam rumah, beberapa pajangan dari keramik hancur, dispenser dan galonnya bergelimpangan, dinding rumah dan ubin retak2. Aku lantas sadar... ini bukan gempa biasa... ini bencana alam!

Aku langsung menelepon adikku, yg juga berada di jogja, untuk memastikan dia baik2 saja. Namun tdk semudah itu. Jaringan drop karena semua org melakukan panggilan. Alhamdulillah, adikku baik2 saja.

Setelah itu, aku dan suami mencoba merapikan rumah. Ada sedikit darah berceceran, tp kami tdk tau darah siapa. Tiba2... terdengar jeritan bahwa ada tsunami. Kami berlari keluar dan melihat semua org histeris, bahkan beberapa sdh mulai menangis. Ya Tuhan.... aku teringat adikku. Aku mencoba menghubungi dia, namun tdk berhasil2. Sampai akhirnya aku menangis histeris juga.... bukan karena isu sunami... tapi karena di saat yg genting itu, adikku tdk bersamaku...

Suamiku mencari adikku dgn menggunakan motor. Sayangnya itu bukan hal mudah utk dilakukan. Krn jalan macet oleh orang2 yg berusaha menyelamatkan diri. Dgn susah payah, kira2 1 jam kemudian adikku bisa ditemukan. Adikku tdk berada di kosnya. Dgn membawa tas berisi surat2 penting, adikku berjalan ke arah timur, menuju rumahku.

Ketika melihat adikku, hatiku langsung tenang. Isu tsunami yg sempat membuat panik juga ternyata cuma sekedar isu. Aku duduk terdiam di kursi, sambil memperhatikan adikku yg cengengesan membalas sms dr teman2nya. Saat itu juga aku baru sadar, darah yg berceceran di rumahku ternyata berasal dari kakiku. Mungkin ketika lari keluar pd saat gempa, kakiku terkena pecahan ubin.

Mengingat kondisi rumah yg retak2, suamiku mengambil keputusan untuk mengungsi ke daerah paliyan, ke tempat mertuaku, yg relatif aman. Krn gempa susulan masih sering terasa, kami sekeluarga tidur di depan pintu. Supaya kalau terjadi gempa yg besar lagi, kami bisa langsung lari keluar.

Trauma pasaca gempa masih terasa sampai saat ini. Kalau ada orang berteriak, kami langsug lari keluar. Kalau ada sesuatu jatuh, sebenarnya mungkin cuma kesenggol, kami langsung deg2an. Bahkan deru pesawat terbangpun selalu bikin kaget. Warga jogja, rata2 tidur di teras rumah, atau di lapangan dgn menggunakan terpal.

Di balik semua itu, aku bersyukur, kami sekeluarga baik2 saja. Bisa bersama dgn keluarga adalah harta yg tak ternilai, walau di saat genting sekalipun.

3 comments:

Anonymous said...

Tak ada lagi kata yang tersisa,.... ikut berbela sungkawa teramat dalam kepada semua saudaraku yang terkena gempa... syukurlah mei-mei masih bisa nulis di sini, itu artinya mei-mei baik-baik saja.... (tapi bagaimana luka kakinya?). Masalahnya, tidak hanya pada mereka yang cuma 'nonton', karena dalam situasi duka dan mencekam, masih saja ada orang-orang yang memanfaatkan mengambil keuntungan dari penderitaan-penderitaan... penjarahan seakan menjadi tradisi dalam setiap tragedi di Indonesia Tercinta Ini. .. setelah gempa yang mengoyak... lukapun makin menganga...oleh mereka.

Anonymous said...

Itu semua belum termasuk kerugian waktu dan material.... tapi InsyaAllah,.. kebersamaan yang kalian rasakan, merupakan salah satu obat yang Indah..... untuk semua duka

Anonymous said...

sampe sekarang aku masih ngeri dan nyeri kalo inget kejadian seperti tsunami ataupun gempa di jogja kemarin...kalo ada anak sekitar 1-2th nangis ato kehilangan keluarganya, gue gak bisa -dan gak mau-ngebayangin kalo itu terjadi sama gue/anak gue.

gue pernah kehilangan kedua mertua gue sekaligus (meninggal akibat kecelakaan pesawat mandala, sept '05).gimana rasanya bingung cari2 jenazah mereka, yang ternyata setelah ditemukan, mereka dah gak utuh lagi...gimana rasanya setelah kepergian mereka gue tinggal dirumah mereka yang banyak foto2 dan segala hal yang mengingatkan gue akan mereka...
jadi gue tau banget gimana perasaan sodara2 kita di jogja...

tapi kembali lagi... yakinlah, semua itu pasti ada hikmahnya, yang pada akhirnya akan semakin mendekatkan diri kita ke Yang Kuasa...