Kronologis perjalan ke Bali (halah... kkkkk)
Tanggal 6 Sept malam.
Aku dan teman-teman kantor berangkat menggunakan Lion Air dari Bandara Adi Sucipto Jogja. Harusnya kami berangkat pk 20.55. Tapi kami baru bisa terbang sekitar pk 22:00(delay sejam, bo, plis deh!). Sampai di Bandara Ngurah Rai Hampir pk 24:00 waktu Bali (penerbangan hanya sekitar 1 jam). Walaupun ngantuk, kami tetap excited, secara udah nyampe Bali gitu loh.... :). Dengan menggunakan bus, kami menuju Hotel.
Tanggal 7 Sept.
Jam 7 pagi waktu Bali, aku dan teman-teman rombongan, sudah siap makan pagi. Oh ya, outing kali ini tujuan wisata kami berbeda-beda. Panitia membebaskan kami mau kemana saja. Outing mandiri gitu. Aku dan sekitar 19 orang teman lainnya, menyewa 2 buah mobil preggio untuk mengunjungi obyek wisata yang sudah kami rencanakan. Yaitu: Bedugul, Uluwatu, GWK dan Pasar Sukowati.
Tapi ternyata, tujuan pertama kami adalah Tanjung Benoa, karena ada teman yang ingin mencoba parasailing. Tadinya aku juga kepingin ikutan parasailing. Berhubung bayarnya mahal (100rb buat 3 menit terbang bo!), akhirnya gak jadi deh... hihihiii... Sayang, mending duitnya buat beli oleh-oleh.
Di Tanjung Benoa, kami menyewa perahu motor menuju ke Turtle Island. Di Turtle Island, ternyata tidak cuma ada kura-kura berbagai ukuran, tapi lebih tepatnya kebun binatang kecil. Ada Kelelawar, burung, Ular dll. Yang lucu, tadinya waktu kami masuk, tidak ada tulisan 'bayar', begitu kami mau pulang, di gerbang seorang ibu membalik sebuah papan dengan tulisan bayar rp. 2500/org.... kikikikk
Perjalanan di lanjutkan lagi ke Bedugul. Ternyata perjalanan ke Bedugul lumayan jauh. Rata-rata kami tertidur di mobil saking jauhnya. Di tengah perjalanan, kami mampir ke sebuah masjid. Masjidnya biasa, tapi pemandangannya luar biasa. Masjid itu berada di ketinggian. Untuk naik kesana kami naik tangga yang lumayan banyak. Dari halaman Masjid, kami bisa melihat pemandangan danau dan Pura-pura yang ada di pinggir danau. Kereeeen banget.
Sampai di Bedugul, wuaaaahhhhhh belum apa-apa hawanya udah nyenengin. Pura-pura-nya bagus-bagus. Apalagi berada di pinggir danau. Alhasil foto-foto yang kami buat di sana ciamik banget!
Sayangnya, kemudian hujan turun. Sambil menunggu hujan kami mampir di sebuah warung untuk makan siang. Ternyata, saking kecilnya tuh warung, begitu kami masuk, yang punya warung jadi sibuk, rencananya makan stengah jam jadi molor, gara-gara pesenan kami datangnya lama.
Selesai makan perjalanan di lanjutkan ke pasar Sukowati. Dasar emak-emak, begitu menjelajahi pasar, langsung pada kalap. Aku yang rencananya tidak mau beli apa-apa jadi beli bed cover, sendal, daster, dan kaos. Belum lagi makanan-makanan kecil untuk oleh-oleh. Tobat deh. Mobil yang tadinya kosong, jadi sumpek gara-gara belanjaan kami. Uang di dompet yang rencananya sangu selama di Bali, raib begitu saja. Terpaksa nyongkel ATM deh.....
Karena waktu sudah menunjukkan pk 7 malam waktu Bali, akhirnya perjalanan diakhiri. Kami kembali ke hotel tanpa sempat mampir lagi ke Uluwatu dan GWK. Kecewa juga sih.... hiks
Selesai makan malam, aku dan beberapa teman berjalan-jalan di sekitar hotel yang banyak berjejer toko-toko. Saking tanpa tujuannya, tiba-tiba kami udah sampai di pantai Kuta. Karena gelapnya bukan main, kami akhirnya menyusuri pantai tanpa tujuan lagi. Beberapa teman memutuskan kembali ke hotel karena kecapekan jalan-jalan. Aku dan temanku lilik, tetap melanjutkan jalan-jalan, tujuan kami 'Monumen Bom Bali'. Area yang terkena BOM sekarang menjadi tanah kosong yang dikelilingi pagar besi. Di pagar itu terdapat tulisan-tulisan berupa puisi atau surat dan foto-foto beberapa korban. Ada sebuh puisi yang sangat menyentuh hatiku. Isinya: "Where are you going? I asked. To dance among the stars, She Laugh". Aku berkaca-kaca membacanya. Sekitar jam 11 malam waktu Bali. Toko-toko mulai banyak yang tutup. Tapi suasananya masih ramai. Apalagi club-club malamnya, malah tambah ramai. Aku sempat berkata ke Lilik, "kita kok malah kayak jalan-jalan keluar negri ya. Dimana-mana bule..."
Setelah puas jalan-jalan, kami kembali ke hotel, rencananya pingin segera tidur, tapi apadaya, malah jadi ngobrol ngalor ngidul sampe entah jam berapa.
Tanggal 8 Sept.
Acara paginya nyebelin banget. Kami diwajibkan untuk ikut workshop yang diadakan di Kantor Indosat Bali. Kurang kerjaan, lagi liburan gitu looohhhh.... Grrrrr..... Workshop selesai sekitar jam 12 Siang. Kali ini panitia sudah membuat acara di Pantai Kuta. Beach Party gitu. Tapi aku dan lilik ngabur. Kami menyewa motor 45rb utk 24 jam. Dengan motor itu, kami keliling Bali. Tujuan kami Garuda Wisnu Kencana (GWK). Tapi sebelum ke GWK kami mampir dulu beli oleh-oleh ke JOGER. Wheelahdalah... rame banget di JOGER. Ngantri buat bayarnya aja bisa berjam-jam. Jam 5 Sore waktu Bali, baru kami bisa terbebas dari JOGER.
Karena gak punya peta, dan emang modal nekat, kami melanjutkan perjalanan mencari letak GWK dengan tertatih-tatih... (halah.. bahasane). Gimana gak tertatih-tatih namanya. Tiap ada pertigaan atau perempatan, kami pasti berhenti untuk menanyakan apakah jalan kami sudah benar. Begitu sampai di GWK, kami berteriak gembira. Kenekatan kami ada hasilnya hehe... Puas banget. Garuda Wisnu Kencana adalah bukit batu yang di pahat sedemikian rupa, sehingga menjadi patung Wisnu yang menaiki Garuda super besar. Sayangnya, pembangunannnya belum selesai. Padahal kalo sudah selesai, aku yakin bakal keren banget. Bisa masuk 7 keajaiban dunia kali, saking gedenya.
karena keenakan main sendiri dengan motor sewaan, kami akhirnya gak bisa mengikuti acara ramah-tamah yang diadakan panitia di KUTA GALERIA. Malam minggu itu, area seputar Kuta macet total karena ada KUTA FESTIVAL. Kendaraan yang kami pakai (skrg pakai mobil teman, karena motor udah terlanjur di kembalikan) tidak bisa lewat. Katanya sih acara ramah-tamahnya seru banget. Terutama games-nya. Ya sudahlah.... udah lewat percuma juga disesali. Yang penting, udah puas banget di Bali. Terutama acara ngaburnya itu loh... hehehe... seru aja... (katanya kan kalo masih berjiwa muda, yang namanya break the rule itu asik banget.. hihihiii)
Tanggal 9 Sept.
Akhirnya... pulang deh. Jam 08:05 waktu Bali, dengan menumpang pesawat Garuda, kami kembali lagi ke Jogja... Bye-bye Bali... so long.....
(Lucunya sampe di Jogja malah baru jam 08:10... hihihhiii.... cuma 5 menit dah nyampe.... ).
Jam 9 tidur jam 15.30 baru bangun. Ketinggalan sholat Dhuhur. Suami gak enak mau bangunin sholat, karena katanya aku tidur nyenyak banget. Ya iyalah gimana gak tidur nyenyak, bales dendam gitu loh. Secara kemarin di Bali cuma tidur paling banyak 3- 4 Jam doang. Sisanya ya dipake jalan-jalan dan ngobrol ngalor-ngidur.... |
Bali.. oh Bali... I'll be back... :)
Saturday, September 29, 2007
Friday, September 28, 2007
Wednesday, July 25, 2007
Selamat Jalan Taufik Savalas
Dulu, tahun 1994, ketika Kurt Cobain meninggal karena bunuh diri, berhari-hari aku menangisi kebodohannya. Sebagai tanda berkabung, aku menyalakan lilin tiap malam di kamar sambil mendengarkan lagu-lagunya. Aku merasa sangat kehilangan atas kepergian sang idola.
Sekarang, kembali aku menangisi seorang pekerja seni: Taufik Savalas.
Tapi berbeda dengan pada saat aku menangisi Kurt Cobain. Kali ini aku menangis karena melihat di TV, betapa keluarganya, sahabat-sahabatnya dan fans-nya merasa sangat kehilangan. Mereka menangisi kepergiannya, menyayangkan mengapa orang sebaik Taufik Savalas begitu cepat dipanggil Yang Maha Kuasa.
Sambil termenung, aku berfikir, dalam setiap penampilannya di layar kaca, sosok Taufik Savalas memang selalu tampak menyenangkan. Terakhir aku melihat penampilan Taufik Savalas adalah di acara ngamen (aku lupa stasiun TV mana yang menayangkan). Yang aku ingat, di acara itu, Taufik bikin aku tertawa karena ulahnya. Hasil dari ngamen itu, diberikan pada seorang ibu tua yang sangat membutuhkan. Pada tayangan itu, Taufik memeluk sang ibu. Dan sang ibu, dengan sangat terharu, mendo'akan Taufik agar Yang Maha Kuasa membalas kebaikannya. (Dan kalau aku ingat-ingat lagi, kayaknya emang penampilannya selalu bikin aku ketawa dan gak pernah bikin sebel).
Baik hati, taat beribadah dan Multi Talented, begitulah semua orang memujinya. Dan Indonesia membutuhkan banyak lagi selebritis seperti Taufik Savalas.
Eh, ngomong-ngomong, aku kok jadi bertanya-tanya ya. Kira-kira kalo suatu hari aku meninggal, seperti apa ya yang orang-orang yang aku tinggalkan? Apakah mereka akan kehilangan aku? Apakah mereka akan selalu mengenang (jika ada) kebaikanku? Wallahualam... Mudah-mudahan saja, aku meninggal di waktu yang tepat. Di mana aku sudah dianggap pantas untuk mendapat tempat yang terbaik di sisiNYA. Amin.
Saturday, July 14, 2007
WHY ALWAYS SEVENTEEN?
Beberapa kali aku tergelitik dengan kata-kata tujuh belas tahun atau sweet seventeen ....
Kenapa orang-orang kebanyakan memilih tujuh belas sebagai angka usia yang dianggap terbaik dan menyenangkan?
Suatu hari aku menonton semua acara infotainment. Disitu kebetulan sedang menayangkan acara ulang tahun Tamara Geraldine (kalo gak salah) yang ke 33. Dengan gaya lucunya, Ketika ditanya berapa usianya saat itu, Tamara berkata "Usia saya tujuh belas tahun, tapi dengan 16 tahun pengalaman."
Belum lagi kemarin, ketika sedang becanda dengan teman-teman kantor, seorang teman menyeletuk kalau umurnya masih tujuh belas tahun (ditanggapi dengan GERRR dan HUUUU...hehe)
Tujuh belas jalan-jalan....
Tujuh belas lari-lari....
Tujuh belas plus-plus....
Tujuh belas bla bla bla......
Why most people always choosed seventeen?
Aku jadi inget waktu usiaku tujuh belas....
Mungkin mamaku adalah salah satu penganut aliran sweet seventeen itu. Sehingga, tidak biasa-biasanya beliau menawarkan apakah aku mau merayakan ultahku yang ke-17? Sebagai ABG, aku tentu saja antusias menerima tawaran itu. Sayangnya, karena kami bukan keluarga berada dan mamaku tau kalau temanku banyak banget, so, mama menyarankan agar aku menyeleksi siapa yang akan diundang.
Pusing setengah mati aku dibuatnya. Tiap hari list-nya selalu saja berubah. Kalau si A diundang, berarti di B harus diundang juga karena bla bla bla. Tapi kalo si B diundang, gimana si C dan si D... begituuuu terus sampai akhirnya aku sempet ngambek, lebih baik tidak usah dirayakan saja sweet seventeen-ku.
Tapi kemudian mamaku memberikan solusi. Kata mama "Undang aja temen-temen yang perempuan. kan cuma dikit tuh. Kalo yang cowok-cowok bisa gak muat rumahnya"
Aku melongo. Padahal teman-teman yang paling dekat dengan aku kebanyakan cowok-cowok. Dan mereka tipe-tipe yang selalu ember jika ada acara makan-makan. Bisa sejibun yang datang ke rumahku nanti.
Walau agak kecewa, akhirnya aku menyetujui usul mama. Gpp sekali ini beda, aku cuma ngumpulin teman-teman sejenis... (waakakakkkk).
Hari bahagia itu akhirnya datang. Setelah berdandan sekedarnya, jam 10 pagi aku mulai mempersiapkan diri menunggu kedatangan teman-temanku. Yang pertama datang adalah 3 orang teman yang memang sangat akrab denganku. Tunggu punya tunggu, kok tamunya gak nambah-nambah.... ketika jam makin bergerak siang, aku makin deg-deg-an ... kok... masih sepi-sepi saja. Sekitar jam 2 siang, ada lagi datang. Kemudian sore ada juga yang datang lagi.... Ya ampun.... Pesta yang benar-benar kacau. Mungkin cuma sekitar 10 orang yang datang ke acara sweet seventeen-ku. Dan rata-rata (kecuali teman akrabku), semua yang datang tidak sadar kalau itu hari ulangtahunku. Malah ada yang datang cuma menggunakan kaos dan celana pendek, seperti kalau biasa sehari-hari main ke rumahku. Memang salahku juga, karena tidak menginfokan kalau hari itu aku ulangtahun. Aku cuma bilang ngumpul-ngumpul. Soalnya aku tidak mau teman-teman yang tidak diundang tau ada acara itu.
Akhirnya, karena makanan masih sangat banyak (hiks), aku nekat menelpon teman-teman akrabku. Cowok-cowok... ya iyalah.... Jadilah malam itu rame, penuh tawa dan canda (harusnya siangnya yang kayak gitu). Kami ngobrol-ngobrol sambil ngabisin makan sampai kira2 jam stengah 12 malam.....
(ketika semua sudah pulang, aku baru sadar, rata-rata yang aku undang acara siang tadi memang bukan teman akrab. Makanya mungkin mereka males meluangkan waktu untuk 'ngumpul-ngumpul' doang. Salahku sendiri, kenapa gak terus terang)
Di usia tujuh belas juga, aku naksir seorang cowok. Sahabatku sendiri. Lagi-lagi salahku juga, kenapa aku sebelum itu pernah koar-koar "naksir sabahat sendiri itu sama aja dengan berhianat". Yah... di usia ke-17 aku jadi seorang penghianat. Dan payahnya lagi, dia gak tau kalau aku jatuh cinta sama dia (gak tau, atau emang gak peduli... entahlah... pokoknya waktu itu aku sedih!)
Di usia tujuh belas, nilaiku anjlok, mulai sering bolos sekolah dan mulai sering ribut sama mamaku (kasian mama, mohon ampun ya, Mam)
YES! Buat aku usia tujuh belas tahun atau sweet seventeen biasa-biasa aja. Gak ada istimewanya sama sekali. So, kenapa rata-rata orang pilih SEVENTEEN? Apa istimewanya? Heran deh.... (kikiiikkik, kenapa esmosi seh?)
Kenapa orang-orang kebanyakan memilih tujuh belas sebagai angka usia yang dianggap terbaik dan menyenangkan?
Suatu hari aku menonton semua acara infotainment. Disitu kebetulan sedang menayangkan acara ulang tahun Tamara Geraldine (kalo gak salah) yang ke 33. Dengan gaya lucunya, Ketika ditanya berapa usianya saat itu, Tamara berkata "Usia saya tujuh belas tahun, tapi dengan 16 tahun pengalaman."
Belum lagi kemarin, ketika sedang becanda dengan teman-teman kantor, seorang teman menyeletuk kalau umurnya masih tujuh belas tahun (ditanggapi dengan GERRR dan HUUUU...hehe)
Tujuh belas jalan-jalan....
Tujuh belas lari-lari....
Tujuh belas plus-plus....
Tujuh belas bla bla bla......
Why most people always choosed seventeen?
Aku jadi inget waktu usiaku tujuh belas....
Mungkin mamaku adalah salah satu penganut aliran sweet seventeen itu. Sehingga, tidak biasa-biasanya beliau menawarkan apakah aku mau merayakan ultahku yang ke-17? Sebagai ABG, aku tentu saja antusias menerima tawaran itu. Sayangnya, karena kami bukan keluarga berada dan mamaku tau kalau temanku banyak banget, so, mama menyarankan agar aku menyeleksi siapa yang akan diundang.
Pusing setengah mati aku dibuatnya. Tiap hari list-nya selalu saja berubah. Kalau si A diundang, berarti di B harus diundang juga karena bla bla bla. Tapi kalo si B diundang, gimana si C dan si D... begituuuu terus sampai akhirnya aku sempet ngambek, lebih baik tidak usah dirayakan saja sweet seventeen-ku.
Tapi kemudian mamaku memberikan solusi. Kata mama "Undang aja temen-temen yang perempuan. kan cuma dikit tuh. Kalo yang cowok-cowok bisa gak muat rumahnya"
Aku melongo. Padahal teman-teman yang paling dekat dengan aku kebanyakan cowok-cowok. Dan mereka tipe-tipe yang selalu ember jika ada acara makan-makan. Bisa sejibun yang datang ke rumahku nanti.
Walau agak kecewa, akhirnya aku menyetujui usul mama. Gpp sekali ini beda, aku cuma ngumpulin teman-teman sejenis... (waakakakkkk).
Hari bahagia itu akhirnya datang. Setelah berdandan sekedarnya, jam 10 pagi aku mulai mempersiapkan diri menunggu kedatangan teman-temanku. Yang pertama datang adalah 3 orang teman yang memang sangat akrab denganku. Tunggu punya tunggu, kok tamunya gak nambah-nambah.... ketika jam makin bergerak siang, aku makin deg-deg-an ... kok... masih sepi-sepi saja. Sekitar jam 2 siang, ada lagi datang. Kemudian sore ada juga yang datang lagi.... Ya ampun.... Pesta yang benar-benar kacau. Mungkin cuma sekitar 10 orang yang datang ke acara sweet seventeen-ku. Dan rata-rata (kecuali teman akrabku), semua yang datang tidak sadar kalau itu hari ulangtahunku. Malah ada yang datang cuma menggunakan kaos dan celana pendek, seperti kalau biasa sehari-hari main ke rumahku. Memang salahku juga, karena tidak menginfokan kalau hari itu aku ulangtahun. Aku cuma bilang ngumpul-ngumpul. Soalnya aku tidak mau teman-teman yang tidak diundang tau ada acara itu.
Akhirnya, karena makanan masih sangat banyak (hiks), aku nekat menelpon teman-teman akrabku. Cowok-cowok... ya iyalah.... Jadilah malam itu rame, penuh tawa dan canda (harusnya siangnya yang kayak gitu). Kami ngobrol-ngobrol sambil ngabisin makan sampai kira2 jam stengah 12 malam.....
(ketika semua sudah pulang, aku baru sadar, rata-rata yang aku undang acara siang tadi memang bukan teman akrab. Makanya mungkin mereka males meluangkan waktu untuk 'ngumpul-ngumpul' doang. Salahku sendiri, kenapa gak terus terang)
Di usia tujuh belas juga, aku naksir seorang cowok. Sahabatku sendiri. Lagi-lagi salahku juga, kenapa aku sebelum itu pernah koar-koar "naksir sabahat sendiri itu sama aja dengan berhianat". Yah... di usia ke-17 aku jadi seorang penghianat. Dan payahnya lagi, dia gak tau kalau aku jatuh cinta sama dia (gak tau, atau emang gak peduli... entahlah... pokoknya waktu itu aku sedih!)
Di usia tujuh belas, nilaiku anjlok, mulai sering bolos sekolah dan mulai sering ribut sama mamaku (kasian mama, mohon ampun ya, Mam)
YES! Buat aku usia tujuh belas tahun atau sweet seventeen biasa-biasa aja. Gak ada istimewanya sama sekali. So, kenapa rata-rata orang pilih SEVENTEEN? Apa istimewanya? Heran deh.... (kikiiikkik, kenapa esmosi seh?)
Saturday, June 30, 2007
Semoga Badai Cepat Berlalu
Bulan Juni menjadi bulan penuh penderitaan bagi kami seruangan di kantor. Di mana kami semua mengalami sakit yang gejalanya sama. Pusing, tenggorokan sakit, batuk, pilek dan demam.
Akhirnya satu persatu, malah pernah berbarengan, kami ijin sakit. Tentunya setelah dapat surat istirahat dari dokter. Aku sendiri mendapat ijin istirahat selama 3 hari. Kupikir, setelah beristirahat 3 hari di rumah, kondisi kesehatanku membaik. Dan bisa masuk kantor kembali dengan segar. Tapi apa daya, ternyata aku masih tetap dengan kondisi yang tidak bisa dibilang sehat. Ngerinya lagi, ketika aku masuk kantor kembali, kondisi teman-teman tidak ada bedanya dengan aku. So, berhari-hari, berminggu-minggu kami mengahadapi suasana kantor yang penuh dengan suara batuk, keluhan pusing, dan jelas-jelas kami semua super merana. Apalagi melihat tumpukan pekerjaan yang tidak peduli sama sekali pada kondisi kesehatan kami.
Saat ini keadaan sudah lebih baik. Namun bukan berarti sempurna. Kadang kami masih mengeluh pusing, mual dan sakit tenggorokan. Padahal segala daya sudah kami usahakan. Mulai dari diri sendiri (rajin minum obat dan vitamin), sampai membersihkan semua AC yang ada di ruangan.
HHHHH... semoga badai ini cepat berlalu.... AMIN....
Akhirnya satu persatu, malah pernah berbarengan, kami ijin sakit. Tentunya setelah dapat surat istirahat dari dokter. Aku sendiri mendapat ijin istirahat selama 3 hari. Kupikir, setelah beristirahat 3 hari di rumah, kondisi kesehatanku membaik. Dan bisa masuk kantor kembali dengan segar. Tapi apa daya, ternyata aku masih tetap dengan kondisi yang tidak bisa dibilang sehat. Ngerinya lagi, ketika aku masuk kantor kembali, kondisi teman-teman tidak ada bedanya dengan aku. So, berhari-hari, berminggu-minggu kami mengahadapi suasana kantor yang penuh dengan suara batuk, keluhan pusing, dan jelas-jelas kami semua super merana. Apalagi melihat tumpukan pekerjaan yang tidak peduli sama sekali pada kondisi kesehatan kami.
Saat ini keadaan sudah lebih baik. Namun bukan berarti sempurna. Kadang kami masih mengeluh pusing, mual dan sakit tenggorokan. Padahal segala daya sudah kami usahakan. Mulai dari diri sendiri (rajin minum obat dan vitamin), sampai membersihkan semua AC yang ada di ruangan.
HHHHH... semoga badai ini cepat berlalu.... AMIN....
Saturday, May 12, 2007
MINGGIRRR!!!!!! Ambulance Mau Lewat...
Sudah sering kali terjadi.... dan selalu saja bikin sebel!
Beberapa hari yang lalu aku dah suami sedang melintas di jalan Kaliurang menuju ke suatu tempat. Tiba-tiba terdengar sirene ambulance meraung-raung di belakang kami. Segera kusuruh suamiku untuk lebih kepinggir agar ambulance tersebut bisa lewat. Tapi percuma saja, karena setelah kami minggir, ambulance tetap tidak bisa lewat dengan lancar. Beberapa mobil dan motor dengan cueknya tetap dijalurnya. Sampai akhirnya sang sopir melambai-lambaikan tangannya pada pengendara-pengendara itu agar minggir.
Sebel banget melihat kejadian itu. Akupun marah-marah sendiri melihat kejadian itu. Yang paling menyebalkan, sebuah mobil kijang tetap tidak mau sama sekali minggir. Sampai akhirnya ambulance berbelok ke kanan menuju RS Sardjito, mobil itu tetap pada posisinya.
Ketika aku melewati mobil kurang ajar itu, kupelototi supirnya sambil memaki. Dan sopirnya menekan klakson keras-keras tanda dia juga marah (hihihii... dia pasti bingung ngapain aku melototin dia).
Friends, sists, bros... please.... kalo ada ambulance lewat, minggirlah sebentar. Memang mungkin di dalam ambulance itu bukan saudara kita, bukan teman kita. But please, kita gak tau sesakit apa orang yang di dalam ambulance itu. Kita gak tau seberapa lama dia sanggup bertahan.
Semoga kita tidak akan mengalami berada dalam sebuah ambulance, dalam kondisi yang tidak jelas... masih bisa bertahan atau tidak..... Wallahualam...
Beberapa hari yang lalu aku dah suami sedang melintas di jalan Kaliurang menuju ke suatu tempat. Tiba-tiba terdengar sirene ambulance meraung-raung di belakang kami. Segera kusuruh suamiku untuk lebih kepinggir agar ambulance tersebut bisa lewat. Tapi percuma saja, karena setelah kami minggir, ambulance tetap tidak bisa lewat dengan lancar. Beberapa mobil dan motor dengan cueknya tetap dijalurnya. Sampai akhirnya sang sopir melambai-lambaikan tangannya pada pengendara-pengendara itu agar minggir.
Sebel banget melihat kejadian itu. Akupun marah-marah sendiri melihat kejadian itu. Yang paling menyebalkan, sebuah mobil kijang tetap tidak mau sama sekali minggir. Sampai akhirnya ambulance berbelok ke kanan menuju RS Sardjito, mobil itu tetap pada posisinya.
Ketika aku melewati mobil kurang ajar itu, kupelototi supirnya sambil memaki. Dan sopirnya menekan klakson keras-keras tanda dia juga marah (hihihii... dia pasti bingung ngapain aku melototin dia).
Friends, sists, bros... please.... kalo ada ambulance lewat, minggirlah sebentar. Memang mungkin di dalam ambulance itu bukan saudara kita, bukan teman kita. But please, kita gak tau sesakit apa orang yang di dalam ambulance itu. Kita gak tau seberapa lama dia sanggup bertahan.
Semoga kita tidak akan mengalami berada dalam sebuah ambulance, dalam kondisi yang tidak jelas... masih bisa bertahan atau tidak..... Wallahualam...
Thursday, April 26, 2007
Hakikat Seorang Anak
"Anakmu bukanlah milikmu. Mereka putera puteri sang Hidup yg rindu pada diri sendiri. Lewat engkau mereka lahir, namun tidak dari engkau. Mereka ada padamu, tapi bukan kepunyaanmu.
Berikan mereka kasih sayangmu, tapi jangan sodorkan bentuk pikiranmu, sebab pada mereka ada alam pikiran tersendiri. Patut kau berikan rumah untuk raganya, tapi tidak untuk jiwanya. Sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan, yang tiada dapat kau kunjungi sekalipun dalam mimpi.
Engkau boleh berusaha menyerupai mereka, namun jangan membuat mereka menyerupaimu. Sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur, tidak juga tenggelam di masa lampau.
Kau adalah busur, dan anak-anakmulah anak panah yang meluncur. Sang Pemanah Maha tahu sasaran bidik keabadian, dia merentangkan dengan kekuasaan-Nya, hingga anak panah itu melesat,
jauh serta cepat..........."
(Kahlil Gibran: The Prophet)
Berikan mereka kasih sayangmu, tapi jangan sodorkan bentuk pikiranmu, sebab pada mereka ada alam pikiran tersendiri. Patut kau berikan rumah untuk raganya, tapi tidak untuk jiwanya. Sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan, yang tiada dapat kau kunjungi sekalipun dalam mimpi.
Engkau boleh berusaha menyerupai mereka, namun jangan membuat mereka menyerupaimu. Sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur, tidak juga tenggelam di masa lampau.
Kau adalah busur, dan anak-anakmulah anak panah yang meluncur. Sang Pemanah Maha tahu sasaran bidik keabadian, dia merentangkan dengan kekuasaan-Nya, hingga anak panah itu melesat,
jauh serta cepat..........."
(Kahlil Gibran: The Prophet)
Saturday, April 14, 2007
DAN BINTANG-BINTANGPUN AKHIRNYA MAU TERSENYUM JUGA BAG. 4
Hari yang membahagiakan itu datang juga....
Mama dan Om Her akhirnya menikah. Semalaman aku tidak bisa tidur, tak sabar menunggu hari esok. Hari dimana OM Her akan menjadi papaku. Terima kasih Ya Alloh, Akhirnya engkau memberikan aku seorang papa.
Ada yang aneh dalam pernikahan itu. Mama dan Om Her tidak menandatangani buku nikah. Tepatnya, tidak ada buku nikah sama sekali! Apakah mereka menikah siri? My God! Sayangnya aku terlalu berbahagia sehingga tidak mau memikirkan masalah itu. Saat itu yang ada dalam fikiranku hanyalah 'aku punya papa!'
Setelah pernikahan itu, setiap berangkat ke sekolah, aku selalu mencium tangan papa. Biasanya cuma mama yg aku cium tangannya. Dan akupun berangkat sekolah dengan hati riang. Seakan ingin kukatakan pada dunia, "lihat sekarang aku lengkap! aku sudah punya papa!'
Tapi....
Lama kelamaan, sosok papa di rumah sering jarang terlihat. Setiap aku tanya mama, kemana papa berhari-hari tidak pulang, mama selalu bilang keluar kota. Sekali dua kali, aku masih percaya dengan jawaban mama. Tapi apa iya dalam sebulan papa lebih banyak keluar kota dari pada di rumah? Sayangnya, pertanyaan-pertanyaan itu hanya aku simpan dalam hati saja. Seakan-akan pertanyaan itu hanya akan merenggut kebahagiaanku dan mama.
Sampai akhirnya, dua bulan setelah pernikahan itu, 3 orang perempuan datang ke rumahku, yang rupanya seorang ibu dan dua orang anaknya. Ibu gemuk itu menwgedor-gedor pintu rumahku, sementara 2 orang anaknya berteriak-teriak memanggil nama mama, menyuruh segera keluar.
Aku dan mama berlari keluar dengan tergopoh-gopoh.
"Heh! Elu yang namanya Yenny?" Kata si ibu gemuk sambil melotot.
"Iya, bu Dian" Kata mama dengan tenang. Aku heran mama bisa setenang itu, dan kok kenal sama ibu galak itu. Mama memasang jari telunjuk di depan mulutnya, ketika melihat aku mau angkat bicara. Akupun diam.
"lhooo.... elu kok bisa tau nama gue?" Sergah ibu gemuk itu. "Berarti lu tau gue ini siapa?!"
"Iya bu Dian, saya tau siapa ibu"
"Kalo elu udah tau, kenapa lu tetep kawin sama laki gue?!"
Ya Alloh, bagai tersambar petir aku mendengarnya. Jadi benar dugaanku selama ini. Mamaku hanya istri kedua, yang dinikahi secara siri, tanpa sepengetahuan istri pertama. Ya Alloh.... air mataku akhirnya menetes.
Keadaan semakin ramai. Mama dikerubuti oleh 3 orang perempuan yang sibuk berteriak-teriak mengeluarkan seisi kebun binatang dari mulutnya. Mama kebanyakan diam. Hanya sekali-kali bicara, mencoba menenangkan ketiga perempuan yang sedang marah itu. Tetangga makin banyak yang menonton acara gratis di petang hari Minggu itu.
Karena tidak tahan melihat mamaku dikata-katai habis-habisan tanpa melawan sedikitpun, aku pun bertindak, aku berteriak lebih keras dari mereka bertiga.
"Diam kalian semua!!!!"
Ternyata manjur, semua tiba-tiba diam.
"Dengar kalian bertiga. Jangan cuma bisa menyalahkan mama saya atas apapun yang terjadi di rumah kalian! Tanya diri kalian sendiri, kenapa suami atau papa kalian tercinta itu bisa memilih mama saya. Pasti kalian tidak bisa membahagiakan dia, sehingga dia mencari kebahagiaan di rumah kami. Cepat pergi dari sini, kecuali urat malu kalian sudah putus!!!"
Aku seret mama ke dalam rumah. setelah mengunci pintu, kami masuk ke kamar mama, yang aku kunci juga. Di atas tempat tidur mama, aku terdiam. Teriakan-teriakan masih terdengar. Bahkan terakhir sebelum teriakan itu menghilang, aku dengar suara kaca pecah dilempar sesuatu.
Suasana kemudian tenang. Pasti ketiga perempuan itu sudah pergi. Tinggal isak tangisku yang terdengar. Mama memelukku, menangis juga. Minta maaf kepadaku, karena selama ini tidak jujur. Sudahlah... semua sudah terjadi. Kupeluk mama erat-erat.
Malamnya papa datang. Wajahnya terlihat begitu tegang. Dari dalam kamar aku mendengar mereka bertengkar. Aku mengurung diri di dalam kamar, mencoba untuk pura-pura tidak mendengar keributan mereka. Tiba-tiba aku dengar mama berteriak. Diikuti dengan suara pintu dibanting. Tidak lama kemudian terdengar suara mobil papa pergi. Aku berlari menuju kamar mama. Kulihat mama terpuruk di dekat tempat tidur. Ya Alloh.... hidung mama berdarah. Kurang ajar!!!! Laki-laki itu memukul mamaku.
Aku telepon Hp papa, berkali-kali teleponku direject. Mama berusaha merebut horn telepon, mencegah aku agar tidak menelepon papa. Akhirnya aku cuma bisa menangis sambil memeluk mama.
Malam itu aku tidur di kamar mama. Banyak yang mama ceritakan. Dan yang paling aku ingat adalah kata-kata : 'Mama sudah tidak peduli dengan cinta. Cinta mama hanya untuk kamu. Dan Mama akan melakukan apapun agar masa depanmu terjamin'
What? Semalaman aku mencerna kata-kata itu. Berkali-kali kutepis fikiran negatif yang menghinggapiku. Mama... kenapa aku membuatmu jadi tidak punya harga diri? But, what can I do? Aku tidak sanggup membela harga diri mama. Aku tidak punya apa-apa. Satu-satunya yang bisa aku lakukan adalah, berjanji, suatu ketika aku akan membahagiakan mama.
Nah.... abis kejadian itu, papa tambah jarang pulang, dan tiap pulang mesti marah-marah terus. Bahkan mulai sering ringan tangan. Tapi mama selalu menghalangiku untuk berbuat apapun. 'Ingat masa depan kamu! Itu yang lebih penting!' Kata mama selalu.
Yah... begitulah ceritanya kenapa Shayen yang periang akhirnya berubah menjadi Shayen yang pemurung dan pemarah. Aku tidak pernah lagi mencium tangan papa dan sebisa mungkin tidak bertemu atau bicara dengannya. Aku mulai belajar untuk mendengar kata-kata hinaan dari mulutnya, tanpa berbuat apapun. Just like what my mom did......
Aku akan membalasnya, Ma....
Mama dan Om Her akhirnya menikah. Semalaman aku tidak bisa tidur, tak sabar menunggu hari esok. Hari dimana OM Her akan menjadi papaku. Terima kasih Ya Alloh, Akhirnya engkau memberikan aku seorang papa.
Ada yang aneh dalam pernikahan itu. Mama dan Om Her tidak menandatangani buku nikah. Tepatnya, tidak ada buku nikah sama sekali! Apakah mereka menikah siri? My God! Sayangnya aku terlalu berbahagia sehingga tidak mau memikirkan masalah itu. Saat itu yang ada dalam fikiranku hanyalah 'aku punya papa!'
Setelah pernikahan itu, setiap berangkat ke sekolah, aku selalu mencium tangan papa. Biasanya cuma mama yg aku cium tangannya. Dan akupun berangkat sekolah dengan hati riang. Seakan ingin kukatakan pada dunia, "lihat sekarang aku lengkap! aku sudah punya papa!'
Tapi....
Lama kelamaan, sosok papa di rumah sering jarang terlihat. Setiap aku tanya mama, kemana papa berhari-hari tidak pulang, mama selalu bilang keluar kota. Sekali dua kali, aku masih percaya dengan jawaban mama. Tapi apa iya dalam sebulan papa lebih banyak keluar kota dari pada di rumah? Sayangnya, pertanyaan-pertanyaan itu hanya aku simpan dalam hati saja. Seakan-akan pertanyaan itu hanya akan merenggut kebahagiaanku dan mama.
Sampai akhirnya, dua bulan setelah pernikahan itu, 3 orang perempuan datang ke rumahku, yang rupanya seorang ibu dan dua orang anaknya. Ibu gemuk itu menwgedor-gedor pintu rumahku, sementara 2 orang anaknya berteriak-teriak memanggil nama mama, menyuruh segera keluar.
Aku dan mama berlari keluar dengan tergopoh-gopoh.
"Heh! Elu yang namanya Yenny?" Kata si ibu gemuk sambil melotot.
"Iya, bu Dian" Kata mama dengan tenang. Aku heran mama bisa setenang itu, dan kok kenal sama ibu galak itu. Mama memasang jari telunjuk di depan mulutnya, ketika melihat aku mau angkat bicara. Akupun diam.
"lhooo.... elu kok bisa tau nama gue?" Sergah ibu gemuk itu. "Berarti lu tau gue ini siapa?!"
"Iya bu Dian, saya tau siapa ibu"
"Kalo elu udah tau, kenapa lu tetep kawin sama laki gue?!"
Ya Alloh, bagai tersambar petir aku mendengarnya. Jadi benar dugaanku selama ini. Mamaku hanya istri kedua, yang dinikahi secara siri, tanpa sepengetahuan istri pertama. Ya Alloh.... air mataku akhirnya menetes.
Keadaan semakin ramai. Mama dikerubuti oleh 3 orang perempuan yang sibuk berteriak-teriak mengeluarkan seisi kebun binatang dari mulutnya. Mama kebanyakan diam. Hanya sekali-kali bicara, mencoba menenangkan ketiga perempuan yang sedang marah itu. Tetangga makin banyak yang menonton acara gratis di petang hari Minggu itu.
Karena tidak tahan melihat mamaku dikata-katai habis-habisan tanpa melawan sedikitpun, aku pun bertindak, aku berteriak lebih keras dari mereka bertiga.
"Diam kalian semua!!!!"
Ternyata manjur, semua tiba-tiba diam.
"Dengar kalian bertiga. Jangan cuma bisa menyalahkan mama saya atas apapun yang terjadi di rumah kalian! Tanya diri kalian sendiri, kenapa suami atau papa kalian tercinta itu bisa memilih mama saya. Pasti kalian tidak bisa membahagiakan dia, sehingga dia mencari kebahagiaan di rumah kami. Cepat pergi dari sini, kecuali urat malu kalian sudah putus!!!"
Aku seret mama ke dalam rumah. setelah mengunci pintu, kami masuk ke kamar mama, yang aku kunci juga. Di atas tempat tidur mama, aku terdiam. Teriakan-teriakan masih terdengar. Bahkan terakhir sebelum teriakan itu menghilang, aku dengar suara kaca pecah dilempar sesuatu.
Suasana kemudian tenang. Pasti ketiga perempuan itu sudah pergi. Tinggal isak tangisku yang terdengar. Mama memelukku, menangis juga. Minta maaf kepadaku, karena selama ini tidak jujur. Sudahlah... semua sudah terjadi. Kupeluk mama erat-erat.
Malamnya papa datang. Wajahnya terlihat begitu tegang. Dari dalam kamar aku mendengar mereka bertengkar. Aku mengurung diri di dalam kamar, mencoba untuk pura-pura tidak mendengar keributan mereka. Tiba-tiba aku dengar mama berteriak. Diikuti dengan suara pintu dibanting. Tidak lama kemudian terdengar suara mobil papa pergi. Aku berlari menuju kamar mama. Kulihat mama terpuruk di dekat tempat tidur. Ya Alloh.... hidung mama berdarah. Kurang ajar!!!! Laki-laki itu memukul mamaku.
Aku telepon Hp papa, berkali-kali teleponku direject. Mama berusaha merebut horn telepon, mencegah aku agar tidak menelepon papa. Akhirnya aku cuma bisa menangis sambil memeluk mama.
Malam itu aku tidur di kamar mama. Banyak yang mama ceritakan. Dan yang paling aku ingat adalah kata-kata : 'Mama sudah tidak peduli dengan cinta. Cinta mama hanya untuk kamu. Dan Mama akan melakukan apapun agar masa depanmu terjamin'
What? Semalaman aku mencerna kata-kata itu. Berkali-kali kutepis fikiran negatif yang menghinggapiku. Mama... kenapa aku membuatmu jadi tidak punya harga diri? But, what can I do? Aku tidak sanggup membela harga diri mama. Aku tidak punya apa-apa. Satu-satunya yang bisa aku lakukan adalah, berjanji, suatu ketika aku akan membahagiakan mama.
Nah.... abis kejadian itu, papa tambah jarang pulang, dan tiap pulang mesti marah-marah terus. Bahkan mulai sering ringan tangan. Tapi mama selalu menghalangiku untuk berbuat apapun. 'Ingat masa depan kamu! Itu yang lebih penting!' Kata mama selalu.
Yah... begitulah ceritanya kenapa Shayen yang periang akhirnya berubah menjadi Shayen yang pemurung dan pemarah. Aku tidak pernah lagi mencium tangan papa dan sebisa mungkin tidak bertemu atau bicara dengannya. Aku mulai belajar untuk mendengar kata-kata hinaan dari mulutnya, tanpa berbuat apapun. Just like what my mom did......
Aku akan membalasnya, Ma....
Saturday, March 03, 2007
Sesaat Yang Begitu Berharga
Sekitar akhir Desember 2006, aku mendatangi seorang dokter kandungan untuk mengecek apakah ada masalah dengan kandunganku, mengingat aku belum juga dikaruniai keturunan. Waktu itu dokter bilang tidak ada masalah dengan kandunganku. Dan beliau menyarankan agar aku test TORCH di lab. Dokter juga memberikan vitamin dan obat lainnya (intinya untuk menyuburkan kandungan).
Awal Januari 2007, aku membawa hasil test lab itu ke dokter tadi. Alangkah kagetnya aku ketika dokter mengatakan bahwa aku terserang CMV. Dan dokter menyarankan agar aku menunda kehamilan selama 3 bulan untuk menjalani terapi.
Sayangnya....
Kukatakan pada dokter bahwa aku sudah telat datang bulan hampir 1 bulan. Dokter akhirnya memeriksaku. Dari hasil USG terlihat bahwa ada janin dalam rahimku.
Berhari-hari aku menangis. Bukan tangis bahagia, tapi tangisan penyesalan dan rasa bersalah. Aku takut jika bayiku kelak menjadi cacat karena keteledoranku.
Tapi aku ingat dokter bilang ada jalan keluarnya. Aku tetap bisa menyelamatkan janinku, asal aku menjaga pola makan. Aku tidak boleh makan makanan yang mengandung MSG, makanan-makanan yang dibakar (misalnya sate), makan makanan setengah matang atau mentah (seperti lalapan). Dokter juga memberikanku vitamin dan stimuno untuk menjaga kekebalan tubuh. Selain itu dokter juga menyarankan agar aku tidak terlalu banyak fikiran (nah.. ini yang susah).
Akhirnya, setiap hari aku berusaha untuk memasak makanan sendiri. Kuhindari beli makanan di luar, kuhindari cemilan-cemilan yang tidak sehat dan kuhindari minuman bersoda. Aku juga memaksakan diri untuk minum susu pagi dan malam. Padahal biasanya aku paling ogah minum susu.
Aku memeriksakan kandunganku dengan teratur ke dokter. Setiap dokter memberikan foto hasil USG padaku, kupandangi sering-sering foto itu dengan perasaan bahagia. Sering kuelus perutku sambil berkata dalam hati "Kamu harus sabar ya, nak. Kita pasti bisa melewati semua ini..."
Tanggal 29 Januari 2007, atas anjuran dokter, aku kembali memeriksakan diri ke lab. Alhamdulillah.... Apa yang selama ini aku lakukan membuahkan hasil. CMV yang bersarang di tubuhku sudah negatif. Aku sehat.... bebas CMV....!!!!
Sayangnya.....
Setiap memandangi hasil USG yang dokter berikan kepadaku, aku selalu bertanya-tanya, 'kenapa janin-ku perkembangannya lambat?' Pada saat usia kandunganku 9 minggu, besar janinku masih seperti janin 6 minggu. Aku berusaha keras menepis kekhawatiranku. "Sabar ya, nak.... Kita pasti bisa melewati semua ini..."
Tanggal 12 Februari 2007, akhirnya aku harus masuk rumah sakit. BED REST. Karena ada Flex keluar sekitar 4 harian. "Sabar ya, nak... Kita pasti melewati semua ini..." berulang-ulang kukatakan sambil mengelus-elus perutku. Tapi terus terang harapanku kecil. Entah kenapa, aku merasa, 'dia' tidak akan bisa kupertahankan.
Akhirnya tanggal 14 Februari 2007, aku keguguran. Sekitar jam 3 dini hari, di dalam toilet, janinku keluar. Sambil menangis aku mengumpulkan sisa-sisa jaringan apa saja yang bisa aku selamatkan. Jam 06.30, aku kembali di USG dan kantung kehamilan memang sudah pecah. Derai airmata mengiringiku sampai akhirnya aku tidak sadarkan diri karena pengaruh obat bius sebelum proses kuret dilakukan.
Setelah pulang dari rumah sakit, suamiku bilang, kata dokter, bisa jadi janinku sudah terlanjur terinfeksi CMV, atau bibitnya memang kurang baik, sehingga perkembangannya kurang bagus. Dan jika 'dia' bertahan, bayiku akan cacat berat ketika dilahirkan. Jadi mungkin ini memang jalan terbaik yang ALLAH berikan untukku....
Setelah semuanya berakhir, aku sering melamun sendiri. Dan tak jarang tersenyum sambil menahan tangis. Indah sekali apa yang telah terjadi dalam 11 minggu kemarin. Bagaimana seorang lisa berjuang untuk sesuatu yang sangat berharga, ANAK! Lisa yang pemalas, rela masak setiap hari demi untuk mendapatkan makanan bersih dan bebas MSG, mau minum susu, dan rela di suntik!!! Sekarang aku jadi paham, mengapa anak begitu berharga. Karena setiap orang tua, rela melakukan apasaja untuk mendapatkannya.
Selamat jalan buah hatiku....
Sesaat kehadiranmu membuat hidupku terasa begitu berharga....
Subscribe to:
Posts (Atom)